Jumat, 29 Agustus 2014

Ketulusan

Sebuah kerelaan akhir yang harus bersatu dari renggangnya pelukan
Sesudah itu pergi dari jernihnya sungai
Awan berarak, jalan mengerucut, cita-cita membatu dan umpatan umpatan telah menjadi langit hingga hujan yang jatuh begitu runcing, deras meluncur dan menembus denyut nadi
Darahnya meretakkan bulan sampai sinarnya pecah-pecah
Akankah kau hilangkan warna kelabuku?
Dan apakah pernah padam karenanya?
Semua itu akan menjadi petunjuk jalan panjang



Sembilan kali hutan
Sembilan kali lautan
Apa kau masih jauh?
Sejarak ruh dengan tubuh
Aku masih dipersimpangan
Istirahat dibawah pohon kehidupan berkawan dengan sepi
Memanggilmu dalam hati
Mencari-cari alamat
Pada yang lewat membaca tanda dan jejak
Merangkumnya dalam sajak
Aku lihat orang mabuk di kedai
Sebagian larut dalam derai, sebagian lagi tertawa
Sambi meraba-raba dada
Aku kembali berjalan
Tongkatku kesabaran dan aku tak mungkin kembali
Walau kaki luka atau mati?
Jika aku tersesat dan tak sampai
Jemputlah aku ke jalan dengan lambai
Sebab menujumu dan berjumpa
Adalah impianku satu satunya..


Tertanda,

Tania Alma Rossa

1 komentar: